2 Maret 2013

Buya Hamka

Hamka
Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau lebih dikenal dengan julukan HAMKA adalah seorang ulama, sastrawan, sejarawan, dan juga politikus yang sangat terkenal di Indonesia. Buya HAMKA juga seorang pembelajar yang otodidak dalam bidang ilmu pengetahuan seperti filsafat, sastra, sejarah, sosiologi dan politik, baik Islam maupun Barat. Hamka pernah ditunjuk sebagai menteri agama dan juga aktif dalam perpolitikan Indonesia. Hamka lahir di desa kampung Molek, Maninjau, Sumatera Barat, 17 Februari 1908 dan meninggal di Jakarta, 24 Juli 1981 pada umur 73 tahun.
 
Hamka juga diberikan sebutan Buya, yaitu panggilan buat orang Minangkabau yang berasal dari kata abi, abuya dalam bahasa Arab, yang berarti ayahku, atau seseorang yang dihormati. Ayahnya adalah Syekh Abdul Karim bin Amrullah, yang dikenal sebagai Haji Rasul, yang merupakan pelopor Gerakan Islah (tajdid) di Minangkabau, sekembalinya dari Makkah pada tahun 1906. Beliau dibesarkan dalam tradisi Minangkabau. 

Masa kecil HAMKA dipenuhi gejolak batin karena saat itu terjadi pertentangan yang keras antara kaum adat dan kaum muda tentang pelaksanaan ajaran Islam. Banyak hal-hal yang tidak dibenarkan dalam Islam, tapi dipraktikkan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Putra HAMKA bernama H. Rusydi HAMKA, kader PPP, anggota DPRD DKI Jakarta. Anak Angkat Buya Hamka adalah Yusuf Hamka, Chinese yang masuk Islam.


HAMKA di Sekolah Dasar Maninjau hanya sampai kelas dua. Ketika usia 10 tahun, ayahnya telah mendirikan Sumatera Thawalib di Padang Panjang. Di situ HAMKA mempelajari agama dan mendalami bahasa Arab. HAMKA juga pernah mengikuti pengajaran agama di surau dan masjid yang diberikan ulama terkenal seperti Syeikh Ibrahim Musa, Syeikh Ahmad Rasyid, Sutan Mansur, R.M. Surjopranoto dan Ki Bagus Hadikusumo.

Sejak muda, HAMKA dikenal sebagai seorang pengelana. Bahkan ayahnya, memberi gelar Si Bujang Jauh. Pada usia 16 tahun ia merantau ke Jawa untuk menimba ilmu tentang gerakan Islam modern kepada HOS Tjokroaminoto, Ki Bagus Hadikusumo, RM Soerjopranoto, dan KH Fakhrudin. Saat itu, HAMKA mengikuti berbagai diskusi dan training pergerakan Islam di Abdi Dharmo Pakualaman, Yogyakarta.


HAMKA bekerja sebagai guru agama pada tahun 1927 di Perkebunan Tebing Tinggi, Medan. Pada tahun 1929 di Padang Panjang, HAMKA kemudian dilantik sebagai dosen di Universitas Islam, Jakarta dan Universitas Muhammadiyah, Padang Panjang dari tahun 1957- 1958. Setelah itu, beliau diangkat menjadi rektor Perguruan Tinggi Islam, Jakarta dan Profesor Universitas Mustopo, Jakarta.

Sejak perjanjian Roem-Royen 1949, ia pindah ke Jakarta dan memulai kariernya sebagai pegawai di Departemen Agama pada masa KH Abdul Wahid Hasyim. Waktu itu HAMKA sering memberikan kuliah di berbagai perguruan tinggi Islam di Tanah Air.
Dari tahun 1951 hingga tahun 1960, beliau menjabat sebagai Pegawai Tinggi Agama oleh Menteri Agama Indonesia. Pada 26 Juli 1977 Menteri Agama Indonesia, Prof. Dr. Mukti Ali, melantik HAMKA sebagai Ketua Umum Majlis Ulama Indonesia tetapi beliau kemudian meletakkan jabatan itu pada tahun 1981 karena nasihatnya tidak dipedulikan oleh pemerintah Indonesia.


HAMKA aktif dalam gerakan Islam melalui organisasi Muhammadiyah. Beliau mengikuti pendirian Muhammadiyah mulai tahun 1925 untuk melawan khurafat, bid’ah, tarekat dan kebatinan sesat di Padan g Panjang. Mulai tahun 1928 beliau mengetuai cabang Muhammadiyah di Padang Panjang. 

Pada tahun 1929 HAMKA mendirikan pusat latihan pendakwah Muhammadiyah dan dua tahun kemudian beliau menjadi konsul Muhammadiyah di Makassar. Kemudian beliau terpilih menjadi ketua Majelis Pimpinan Muhammadiyah di Sumatera Barat oleh Konferensi Muhammadiyah, menggantikan S.Y. Sutan Mangkuto pada tahun 1946. Pada tahun 1953, HAMKA dipilih sebagai penasihat pimpinan Pusat Muhammadiyah.


Kegiatan politik HAMKA bermula pada tahun 1925 ketika beliau menjadi anggota partai politik Sarekat Islam. Pada tahun 1945, beliau membantu menentang usaha kembalinya penjajah Belanda ke Indonesia melalui pidato dan menyertai kegiatan gerilya di dalam hutan di Medan. Pada tahun 1947, HAMKA diangkat menjadi ketua Barisan Pertahanan Nasional, Indonesia.

Pada tahun 1955 HAMKA beliau masuk Konstituante melalui partai Masyumi dan menjadi pemidato utama dalam Pilihan Raya Umum. Pada masa inilah pemikiran HAMKA sering bergesekan dengan mainstream politik ketika itu. Misalnya, ketika partai-partai beraliran nasionalis dan komunis menghendaki Pancasila sebagai dasar negara. Dalam pidatonya di Konstituante, HAMKA menyarankan agar dalam sila pertama Pancasila dimasukkan kalimat tentang kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknyan sesuai yang termaktub dalam Piagam Jakarta. Namun, pemikiran HAMKA ditentang keras oleh sebagian besar anggota Konstituante, termasuk Presiden Sukarno.

 Perjalanan politiknya bisa dikatakan berakhir ketika Konstituante dibubarkan melalui Dekrit Presiden Soekarno pada 1959. Masyumi kemudian diharamkan oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1960. Meski begitu, HAMKA tidak pernah menaruh dendam terhadap Sukarno. Ketika Sukarno wafat, justru HAMKA yang menjadi imam salatnya. Banyak suara-suara dari rekan sejawat yang mempertanyakan sikap HAMKA. “Ada yang mengatakan Sukarno itu komunis, sehingga tak perlu disalatkan, namun HAMKA tidak peduli. Bagi HAMKA, apa yang dilakukannya atas dasar hubungan persahabatan. Apalagi, di mata HAMKA, Sukarno adalah seorang muslim.

Dari tahun 1964 hingga tahun 1966, HAMKA dipenjarakan oleh Presiden Soekarno karena dituduh pro-Malaysia. Semasa dipenjarakan, beliau mulai menulis Tafsir al-Azhar yang merupakan karya ilmiah terbesarnya. Setelah keluar dari penjara, HAMKA diangkat sebagai anggota Badan Musyawarah Kebajikan Nasional, Indonesia, anggota Majelis Perjalanan Haji Indonesia dan anggota Lembaga Kebudayaan Nasional Indonesia.

Pada tahun 1978, HAMKA lagi-lagi berbeda pandangan dengan pemerintah. Pemicunya adalah keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Daoed Joesoef untuk mencabut ketentuan libur selama puasa Ramadan, yang sebelumnya sudah menjadi kebiasaan.
Idealisme HAMKA kembali diuji ketika tahun 1980 Menteri Agama Alamsyah Ratuprawiranegara meminta MUI mencabut fatwa yang melarang perayaan Natal bersama. 

Sebagai Ketua MUI, HAMKA langsung menolak keinginan itu. Sikap keras HAMKA kemudian ditanggapi Alamsyah dengan rencana pengunduran diri dari jabatannya. Mendengar niat itu, HAMKA lantas meminta Alamsyah untuk mengurungkannya. Pada saat itu pula HAMKA memutuskan mundur sebagai Ketua MUI.


Selain aktif dalam soal keagamaan dan politik, HAMKA merupakan seorang wartawan, penulis, editor dan penerbit. Sejak tahun 1920-an, HAMKA menjadi wartawan beberapa buah akhbar seperti Pelita Andalas, Seruan Islam, Bintang Islam dan Seruan Muhammadiyah. 

Pada tahun 1928, beliau menjadi editor majalah Kemajuan Masyarakat. Pada tahun 1932, beliau menjadi editor dan menerbitkan majalah al-Mahdi di Makasar. HAMKA juga pernah menjadi editor majalah Pedoman Masyarakat, Panji Masyarakat dan Gema Islam.

HAMKA juga menghasilkan karya ilmiah Islam dan karya kreatif seperti novel dan cerpen. Karya ilmiah terbesarnya ialah Tafsir al-Azhar (5 jilid). Pada 1950, ia mendapat kesempatan untuk melawat ke berbagai negara daratan Arab. Sepulang dari lawatan itu, HAMKA menulis beberapa roman. Antara lain Mandi Cahaya di Tanah Suci, Di Lembah Sungai Nil, dan Di Tepi Sungai Dajlah. Sebelum menyelesaikan roman-roman di atas, ia telah membuat roman yang lainnya. Seperti Di Bawah Lindungan Ka’bah, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, Merantau ke Deli, dan Di Dalam Lembah Kehidupan merupakan roman yang mendapat perhatian umum dan menjadi buku teks sastera di Malaysia dan Singapura. Setelah itu HAMKA menulis lagi di majalah baru Panji Masyarakat yang sempat terkenal karena menerbitkan tulisan Bung Hatta berjudul Demokrasi Kita.


Setelah peristiwa 1965 dan berdirinya pemerintahan Orde Baru, HAMKA secara total berperan sebagai ulama. Ia meninggalkan dunia politik dan sastra. Tulisan-tulisannya di Panji Masyarakat sudah merefleksikannya sebagai seorang ulama, dan ini bisa dibaca pada rubrik Dari Hati Ke Hati yang sangat bagus penuturannya. Keulamaan HAMKA lebih menonjol lagi ketika dia menjadi ketua MUI pertama tahun 1975.

HAMKA dikenal sebagai seorang moderat. Tidak pernah beliau mengeluarkan kata-kata keras, apalagi kasar dalam komunikasinya. Beliau lebih suka memilih menulis roman atau cerpen dalam menyampaikan pesan-pesan moral Islam.

Ada satu yang sangat menarik dari Buya HAMKA, yaitu keteguhannya memegang prinsip yang diyakini. Inilah yang membuat semua orang menyeganinya. Sikap independennya itu sungguh bukan hal yang baru bagi HAMKA. Pada zamam pemerintah Soekarno, HAMKA berani mengeluarkan fatwa haram menikah lagi bagi Presiden Soekarno. Otomatis fatwa itu membuat sang Presiden berang ’kebakaran jenggot’. Tidak hanya berhenti di situ saja, HAMKA juga terus-terusan mengkritik kedekatan pemerintah dengan PKI waktu itu. 

Maka, wajar saja kalau akhirnya dia dijebloskan ke penjara oleh Soekarno. Bahkan majalah yang dibentuknya ”Panji Masyarat” pernah dibredel Soekarno karena menerbitkan tulisan Bung Hatta yang berjudul ”Demokrasi Kita” yang terkenal itu. Tulisan itu berisi kritikan tajam terhadap konsep Demokrasi Terpimpin yang dijalankan Bung Karno. Ketika tidak lagi disibukkan dengan urusan-urusan politik, hari-hari HAMKA lebih banyak diisi dengan kuliah subuh di Masjid Al-Azhar, Jakarta Selatan.


Pada tanggal 24 Juli 1981 HAMKA telah pulang ke rahmatullah. Jasa dan pengaruhnya masih terasa sehingga kini dalam memartabatkan agama Islam. Beliau bukan sahaja diterima sebagai seorang tokoh ulama dan sastrawan di negara kelahirannya, bahkan jasanya di seantero Nusantara, ter masuk Malaysia dan Singapura, turut dihargai.


Atas jasa dan karya-karyanya, HAMKA telah menerima anugerah penghargaan, yaitu Doctor Honoris Causa dari Universitas al-Azhar Cairo (tahun 1958), Doctor Honoris Causa dari Universitas Kebangsaan Malaysia (tahun 1958), dan Gelar Datuk Indono dan Pengeran Wiroguno dari pemerintah Indonesia


Pandangan sastrawan, HAMKA yang juga dikenal sebagai Tuanku Syekh Mudo Abuya Prof. Dr. Haji Abdul Malik Karim Amrullah Datuk Indomo tentang kepenulisan. Buya HAMKA menyatakan ada empat syarat untuk menjadi pengarang. Pertama, memiliki daya khayal atau imajinasi; kedua, memiliki kekuatan ingatan; ketiga, memiliki kekuatan hapalan; dan keempat, memiliki kesanggupan mencurahkan tiga hal tersebut menjadi sebuah tulisan.


Kitab Tafsir Al-Azhar merupakan karya gemilang Buya HAMKA. Tafsir Al-Quran 30 juz itu salah satu dari 118 lebih karya yang dihasilkan Buya HAMKA semasa hidupnya. Tafsir tersebut dimulainya tahun 1960.

HAMKA meninggalkan karya tulis segudang. Tulisan-tulisannya meliputi banyak bidang kajian: politik (Pidato Pembelaan Peristiwa Tiga Maret, Urat Tunggang Pancasila), sejarah (Sejarah Ummat Islam, Sejarah Islam di Sumatera), budaya (Adat Minangkabau Menghadapi Revolusi), akhlak (Kesepaduan Iman & Amal Salih ), dan ilmu-ilmu keislaman (Tashawwuf Modern).


Ranah Maninjau
Unknown Tokoh
28 Januari 2013

3 Korban Lagi diketemukan

Longsor Sungai Batang "Hari ini 3 korban lagi diketemukan oleh tim gabungan evakuasi, yakni Mursinah yang ditemukan sekitar pukul 11.00 WIB, Kamal sekitar pukul 15.00 WIB dan Erni Astuti pada 16.00 WIB. Pencarian ini berkat bantuan anjing pelacak Polda Sumbar," kata Syafirman.

Dengan ditemukan 14 korban tersebut, maka masih ada enam korban yang diduga masih tertimbun material longsoran, yakni P Sinaro (40), Rani (8), Rosmi (75), Fadri (9), Bayar (70) dan Nursidah (65).

"Saat ini korban masih dalam pencarian oleh tim gabungan terdiri Polres Agam, TNI, BPBD dan masyarakat dengan mengunakan alat berat dan anjing pelacak dari Polda Sumbar," katanya.

Dia menambahkan, longsor yang terjadi pada Minggu (27/1) sekitar pukul 05.30 WIB itu, mengakibatkan 20 orang tertimbun longsor, 14 meninggal dunia, enam belum ditemukan dan 12 unit rumah hancur.

11 korban yang diketemukan kemaren yaitu, Juliardi (25), Nurhaida (23), Dilla (2), Rosda (55), Asril (58), Indah (6), Aldi (9), Julianti (26), Tarjudin (65), Martini (60), Kursinah (70).

Wakil Gubernur Sumbar Muslim Kasim saat meninjau lokasi longsor mengatakan, tanggap darurat ditetapkan selama satu minggu sampai 2 Februari 2012.

Apabila sampai waktu yang ditentukan sisa korban belum ditemukan, pemerintah akan melakukan koordinasi dengan pihak keluarga apakah pencarian korban tetap dilanjutkan.

"Kita akan serahkan semuanya pihak keluarga korban dan apabila mereka tidak mau melanjutkan, maka pencarian akan kita hentikan," ungkap Wakil Gubernur ini.
 

Ranah Maninjau
Unknown Berita

Bencana Longsor Sungai Batang 11 Korban Tewas 9 Masih Dalam Pencarian

Shubuh yang tenang setelah semalam diguyur hujan deras Minggu 27 Januari 2013, melahirkan isak tangis yang memilukan, bencana tanah longsor meratakan 12 rumah di Jorong Data Kampuang Dadok Nagari Sungai Batang Kecamatan Tanjung Raya Kab Agam.

Sampai berita ini diturunkan 11 korban ditemukan tewas, 9 masih dalam pencarian 1 dirawat di RSU M Jamil Padang dan 3 korban dirawat di Puskesmas Maninjau.

Peristiwa yang terjadi sekitar jam 05.15 WIB disaat warga masih belum beraktivitas diluar rumah, disaat masih menikmati segelas kopi hangat setelah melaksanakan Shalat Shubuh.

Cepatnya nya kejadian ini diperkirakan menjadi penyebab utama banyaknya korban jiwa, disamping daerah ini belum ada riwayat bencana tanah longsor selama ini, sehingga warga tidak pernah menyangka akan terjadi nya bencana tanah longsor didaerah ini.

“Sekitar jam 05.00 WIB mertua saya menelpon kalau kebun kacang milik nya tergenang air” cerita Zulhendri Wali Jorong Data Kampuang Dadok Nagari Sungai Batang ini.

Berniat mengalirkan air yang menggenangi perkebunan nya Zulhendri mengalirkan air di anak sungai yang juga merupakan Irigasi persawahan yang melintasi pemukiman penduduk.
“Beberapa waktu berselang, saya mendengar suara gemuruh tanpa fikir panjang saya berlalu menjauh kearah pohon aren” ungkap Zulhendri dengan nada sedih.

Dengan mata kepala sendiri Pemimpin Jorong ini melihat tanah longsor meratakan rumah warganya termasuk rumah mertuanya sendiri.

Beberapa korban selamat sekarang ini dirawat di RSUP M Jamil Padang dan Puskesmas Maninjau.
Fhoto Lainnya Silahkan Lihat Disini
 


Ranah Maninjau
Unknown Berita
3 Januari 2013

Pelantikan Penjabat WN Koto Kaciak Dilaksanakan

Pelantikan penjabat Wali Nagari Koto Kaciak hari ini dilaksanakan Kamis, 03/01/2013. Diawali dengan Pembacaan Ayat Suci Al-Qur’an dan diikuti dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya pelantikan Rahmat Fajri S.Sos yang sehari-hari bertugas sebagai Sekretaris Camat Tanjung Raya ini dilaksanakan.

Pelantikan oleh Bupati Agam yang pada kesempatan ini diwakili oleh Asisten Bidang Pemerintahan dan Kesra Drs Martihas Wanto dilaksanakan, disaksikan para undangan yang terdiri dari beberapa SKPD, Camat Tanjung Raya Syatria S.Sos M.Si, unsur Muspika dan tokoh masyarakat.

Wali Nagari Koto Kaciak sebelum nya periode 2008-2014 Herman Tanjung yang mengundurkan diri dari jabatan nya “Kok patang lah nak bamalam, kok panek lah mintak baranti, Barek indak tapikua lai, ringan nan indak tajinjiang lai”.

Penunjukan Sekretaris Camat Tanjung Raya ini berdasarkan Surat Keputusan Bupati Agam tertanggal 27 Desember 2012. Penjabat Wali Nagari Koto Kaciak ini bertugas sampai terpilih nya Wali Nagari yang definitif atau selambat-lambatnya enam bulan sejak pelantikan.

Dalam sambutan Bupati Agam yang dibacakan oleh Asisten Bidang Pemerintahan dan Kesra Drs Martihas Wanto, mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Herman Tanjung yang telah mengabdikan dirinya untuk bangsa dan negara dan berharap agar selalu berpartisipasi dalam setiap gerakan pembangunan di Nagari Koto Kaciak khususnya dan Kabupaten Agam umum. “Beliau merupakan salah-satu Wali Nagari yang ikut menggagas program Gerakan Pembangunan Salingka Maninjau ( Gerbang Pensi )” ungkap Bupati Agam.

“Semoga Nagari Koto Kaciak makin maju dan lebih baik ditangan generasi penerus selanjutnya” ujar Mantan Wali Nagari Koto Kaciak ini penuh bersahabat. (Fg) 

Fhoto lainnya Silahkan Lihat Disini

Ranah Maninjau
Unknown Berita
12 November 2012

Jalan Lingkar Maninjau Terancam Putus

Ranah Maninjau
Hujan deras yang mengguyur Kecamatan Tanjung Raya sepanjang hari Minggu 11/11/2012 kemaren, memang cukup mengkhawatirkan. 

Hujan sejak pagi hari ini pun membawa dampak kurang baik bagi masyarakat Jorong Pandan Nagari Tanjung Sani khusus nya. Hal ini karena akibat guyuran hujan tersebut mengakibatkan tergerusnya badan jalan di Pandan utara, tepat nya pada lokasi longsor april 2010 lalu yang menewaskan seorang nenek-nenek.

Pantauan lapangan hari ini, jalan lingkar Maninjau tersebut berpotensi terancam putus karena lebarnya terban yang terjadi akibat gerusan air bah tersebut, serta jalanan ini sangat sempit dan sering dilewati truk bermuatan berat, apalagi saat ini jalan tersebut sangat dibutuhkan untuk mengangkut material jembatan yang tengah dibangun di Jorong Pandan itu sendiri, dan Jorong Galapung.

Untuk mencegah terjadinya kecelakaan, saat ini masyarakat hanya bisa memasang tanda dengan mempergunakan balok kayu. (Fg)

Ranah Maninjau
Unknown Berita